my company
Archives
Jodoh itu rahsia Allah.
Perkahwinan itu satu permulaan untuk babak-babak seterusnya dalam kehidupan.
CINTA itu perjuangan. Perlu diusahakan, ada rintangan
Bertemu jodoh, jodoh itu bukan milik kita. Jodoh itu milik Allah. Maka letakkan ianya di dalam kawalan. Bukan mengikut hati dan perasaan.
Selamat berkelana dalam penantian yang membuahkan pencarian diri bagi mengejar jodoh hakiki.
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” Surah ke 36. Ayat ke 36.
-Seorang hamba yg memiliki Iman dalam hatinya, sebesar biji sawi, ALLAH swt akan beri syurga 10x besar dunia..... tanahnya yg subur dari kasturi,
-Di beri 72 isteri. 70 dari bani jannah (bidadari), 2 dari bani adam (wanita soleha, yg tiada jodohnya di dunia).....tertulis pada hati wanita itu cinta yg haqiqi, terlihat urat-urat lehernya yg menjelaskan nikmat haqiqi....
-Di pakaikan pada tubuhnya 70 lapis sutera dan 27 perhiasan. Setiap kadar 2jam, berubah warna dan bentuk.....
-Di beri makanan yg memiliki 70 rasa hingga terasa ke liang-liang roma. Suapan kedua lebih nikmat dari suapan pertama dan begitulah seterusnya.........
-Di berikan mahligai-mahligai yg tersegam indah dari ya'qut dan zabarjad, dinding-dinding kamarnya jernih kelihatan.......
-Di beri sungai madu, sungai susu, sungai air yg jernih, sungai arak yg tidak memabukkan... sungai yg menjalar di bawah mahligai indah......
-Di tumbuhkan pepohonan dari emas dan perak , akarnya diatas dan dahannya dibawah, mengeluarkan 1000 buah yg manis... Besar pohon tersebut, 500 thn seekor kuda mengelilinginya....
-Di beri kenderaan yg sepantas kilat, Buroq namanya....
-Dan setiap nikmat di syurga, akan bertambah setiap 8 hari... buat selamanya.....
ITULAH SYURGA ABADI.....................
.............................................TANPA MATI...
-Bagaimanakah jika seorang hamba itu memiliki iman dalam hatinya, 2 biji sawi??? atau 3 biji sawi???
atau 4 biji sawi ??? atau 5 biji sawi ??? atau sebesar 1000 biji sawi ???????????????????????????????
Nikmat yg paling besar di akhirat, adalah melihat Wajah ALLAH swt.
Azab yg paling dasyat di akhirat , adalah tidak melihat Wajah ALLAH swt.
Ahli neraka akan di azab berabad-abad hinggalah sampai satu masa, ALLAH swt mengingatkan kembali kenangan bersama ALLAH swt ketika di alam roh, yg mana seluruh roh² pernah bersama ALLAH swt.
ALLAH swt mengingatkan kembali hanya sesaat sahaja pada ahli neraka. Ahli neraka akan terus menangis dan meraung kerana merindui Wajah ALLAH swt..... hingga mereka tidak merasai lagi bakaran api neraka di sebabkan sakitnya merindui ALLAH swt.
Ahli neraka ,akan merintih hati² mereka, kerana merindui ALLAH swt...
Jika ALLAH swt mengingatkan kembali kenangan di alam roh, kita bersama ALLAH, pasti sekarang jasad dan hati kita akan hancur kerana merindui ALLAH swt.......................
Wahai sahabat, ALLAH adalah Cinta yg haqiqi..... Wajah ALLAH adalah maksud bukan keperluan.
Ulama² syarah, ikhlas itu ada 4 tingkatan.
1. Beramal kerana ganjaran dari ALLAH
2. Beramal kerana syurganya ALLAH
3. Beramal kerana Redha ALLAH
4. Beramal kerana Wajah ALLAH
Wahai sahabat² kita belajar hidup dgn mencintai ALLAH...............
Wahai sahabat² kita habiskan sisa hidup kita yg ada ini, untuk berhajat pada Wajah ALLAH...........
Wahai sahabat² doakan saya agar dipilih utk melihat Wajah ALLAH buat selamanya....................
Ya ALLAH.....Ya Rob..........
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al Qur’an dan matanya mudah meneteskan airmata, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit.
Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata Allah memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan karenanya. Dia adalah “Uwais al-Qarni”. Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya.
Pernah seorang fuqoha’ negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya, memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik, karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata : “Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri”.
Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya. Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.
Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur. Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam.
Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum. Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya.
Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya. Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat ? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa. Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata : “Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”. Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.
Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya. Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang. Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas pulang”. Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada sayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan perasaan haru.
Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rosulullah SAW, sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Rosulullah SAW bersabda : “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.” Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada sayyidina Ali k.w. dan sayyidina Umar r.a. dan bersabda : “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”.
Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah di estafetkan Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka. Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.
Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni. Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar ! Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut, siapakah nama saudara ? “Abdullah”, jawab Uwais. Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?” Uwais kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qorni”. Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan mendo’akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah: “Sayalah yang harus meminta do’a kepada kalian”. Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata: “Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan istighfar dari anda”. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi".
Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya. Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, “ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan sayyidina Umar r.a.)
Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya : “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa “Uwais al-Qorni” ternyata ia tak terkenal di bumi tapi terkenal di langit......
Semoga Allah merahmati Sheikh Mutawalli Sya'rawi yang mengakhiri kehidupannya dengan memberi teguran dan nasihat kepada pemimpin.
inilah terjemahannya lebih kurang....
Dan sesungguhnya aku (Sheikh Mutawalli Sya’rawi).. wahai Tuan Presiden, aku berdiri di sudut ini untuk menerima pahala dari Allah. Aku tidak menghabiskan sisa-sisa hidup aku menjadi munafiq. Aku tidak akan mempamerkan diri aku ini dengan perkara-perkara yang menipu. Tetapi aku ingin memberitahu satu perkara kepada umat semuanya. Sama ada daripada pihak kerajaan atau parti pembangkang ataupun penyokong dan bangsa. Aku meminta maaf jika aku ucapkan sesuatu yang kamu semua tidak suka. Aku ingin semuanya tahu bahawa kekuasaan itu di tangan Allah. Allah memberi kekuasaan kepada sesiapa yang Dia suka. Maka janganlah ada komplot untuk mendapatkan kekuasaan itu. Dan janganlah ada tipu helah (penipuan) untuk sampai kepadanya (kekuasaan). Allah Taala telah menceritakan dialog antara Namrud dan Nabi Ibrahim. Apa yang Allah Taala kata? “..Tidakkah engkau (pelik) memikirkan (wahai Muhammad) tentang orang berhujah membantah Nabi Ibrahim (dengan sombongnya) mengenai Tuhannya (sedangkan dia dalam kekafiran), kerana Allah memberikan orang itu kuasa pemerintahan (Namrud)…” – (Surah al-Baqarah:258, al Quranul Karim)
Maka kekuasaan itu Allah diberi kepada sesiapa yang dia mahu. Maka jangan kamu melakukan tipu helah terhadap Allah. Dan jangan kamu membuat komplot (penipuan) terhadap Allah. Kerana seseorang tidak akan mendapat kekuasaan di dalam kerajaan Allah kecuali dengan kehendak Allah. Kalau dia seorang yang adil, maka manusia akan mendapat manfaat dengan keadilannya. Dan sekiranya dia seorang yang zalim, maka dia menjadi hodoh dengan kezalimannya dan Allah akan menjadikannya buruk di dada-dada manusia. Maka disebabkan Allah menjadikan dia buruk di dada manusia, rakyat akan membenci setiap orang yang zalim walaupun dia tidak terlintas membenci pemerintah itu. Aku berkata kepada kamu sekalian, Alhamdulillah, telah jelas kebenaran pada kata-kata Tuhan berdasarkan dengan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Bagaimana kita hendak mentafsirkan kata-kata Allah :“..Wayamkuruuna wayamkurullah..” (dan mereka merancang perkara yang jahat dan Allah juga turut merancang). Dan bagaimana kita hendak mentafsirkan kata-kata Allah :“..Innahum yakiidunakaidan wanakiiuunakaida..” (Sesungguhnya mereka membuat tipu daya dan Allah membuat tipu daya juga). Siapa yang terlintas di dalam kepalanya untuk menjadi pemerintah, aku nasihatkan supaya dia jangan meminta-minta. Akan tetapi menjadi kewajipannya menjadi pemerintah ketika mana dia dilantik. Sabda Rasulullah salallahualaihi wasalam;
“..Siapa yang dilantik untuk sesuatu perkara, maka dia akan ditolong oleh Allah. Dan sesiapa yang meminta-minta sesuatu perkara, maka perkara itu akan menjadi beban kepadanya..”
Wahai Tuan Presiden, aku ingin katakan satu perkara kepada engkau, mungkin ini adalah pertemuan terakhir kita!(Sheikh Mutawalli Sya’rawi memegang bahu presiden Mesir dan berkata;) “..Jika nasib kami bergantung kepada engkau, moga-moga Allah memberi taufiq (menunjukkan kepada kamu jalan yang benar). Dan jika nasib kamu bergantung kepada kami, moga-moga Allah menolong kamu untuk menanggung beban (untuk menghadapi kami)..”.
Abdus Samad Falembani dalam kitab Hidayatus Salikin menyebut gurauan sebagai 'al-mizah'. Beliau membawa hadis Rasulullah yang bermaksud; "Jangan engkau bantahi saudaramu dan jangan engkau perguraukan dia." (Hidayatus Salikin: 170).
Menurut Imam al-Ghazali, bergurau itu ditegah syarak kerana ia membawa kepada banyak tertawa. Banyak tertawa itu mematikan hati dan boleh 'menanggalkan' hati. Paling dahsyat, menurut beliau, ia boleh membawa atau mendorong kepada perbuatan derhaka. Ini berdasarkan hadis Rasulullah yang bermaksud; "Seseorang lelaki yang berkata dengan suatu perkataan supaya rakannya tertawa maka dia dijatuhkan ke dalam neraka selama 70 tahun."
Imam Ghazali menasihatkan supaya manusia menjaga lidahnya daripada berkata-kata untuk menimbulkan gelak ketawa.
Termasuk dalam istilah gurauan ini ialah kelakar, melawak, olok-olok dan berjenaka.
Nabi bersabda, "Celakalah orang yang berkata-kata, maka dia berbohong untuk membuat orang lain ketawa, celakalah dia, celakalah dia, celakalah dia". [ Sunan Abu Daud – no: 4990. Dinilai Sahih oleh al-Albani di dalam Sahih al-Jami’ as-Saghir – no: 7137]
Air Mata Dalam Tahajud
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Apa kabar dimalam yang indah ini? Semoga kita masih istiqomah dalam menunaikan sholat tahajud disetiap keheningan malam nan syahdu.
Ditengah kegundahan hati, keresahan yang kita rasakan mengadu hanya kepada Allah sampai meneteskan air mata menjadikan kegundahan hati menjadi lega. Hal itu juga dilakukan oleh Nabi Muhammad yang setiap saat dalam sholat tahajudnya senantiasa meneteskan air matanya. Sebagaimana yang dituturkan oleh Aisyah,
'Dan Rasulullah duduk sambil terus menangis hingga tanah menjadi basah. Lalu datang Bilal mengumandangkan adzan. Waktu Bilal melihat Rasulullah menangis, Bilal bertanya, 'Wahai Rasulullah, kenapa engkau menangis sedangkan Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?' Rasulullah menjawab, 'Apakah engkau tidak suka, jika aku menjadi hamba yang bersyukur?'
Adapun Abdullah bin Asyakhir berkata, 'Aku datang menemui Rasulullah sedang beliau melaksanakan sholat seraya menangis. Suara isak tangis beliau seperti bunyi air di dalam bejana yang sudah mendidih. Beliau bangun diwaktu malam dan melakukan sholat tahajud tanpa berhenti menangis sehingga pangkuan beliau menjadi basah.'
Alangkah indahnya hidup ini bila kita bisa menangis sewaktu kita sholat tahajud, menangis dihadapan Allah sebab hanya kepada Allahlah yang layak menumpahkan semua cucuran air mata kita. Air mata kebahagiaan dunia dan akherat karena sebuah kecintaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Jom, jangan lupa ya..solat tahajud malam ini...